Tampilkan postingan dengan label mahabharata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mahabharata. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Februari 2021

MAHABHARATA EPISODE 3


MAHABHARATA EPISODE 3 Pada shin ini bisma bersama dengan satu prajuritnya sedang mengawasi kerjaannya. Tiba tiba datang ratu hastina pura satyawati menghampiri bisma dan berkata “semua pengawal masih terjaga bhisma, tidak ada yang berani tidur dalam pengawasanmu” bisma menghampiri satyawati dan memberi salam kepadanya. Satyawati meminta kepada bhisma agar tidak terlalu keras kepada adiknya wicitrawirya. Bhisma pun mengatakan “sudah menjadi tugasku untuk tegas kepadanya ibu ratu, seorang guru yang sejati itu harus penuh dengan maaf tapi juga harus tegas”, bisma juga mengatakan “seorang raja yang behati batu sampai kapanpun tidak akan bisa mengatur kerajaan hastina pura”. Lalu satyawati memerintahkan bisma untuk menikahkan wicitrawirya dengan purti dari kerajaan kashi. Ibu ratu tahu bahwa raja dari kashi mengadakan swayemwara untuk ketiga putrinya.

Shin berpindah ke kerajaan kashi yang sedang melaksanakan persiapan untuk acara swayemwaranya. Semua raja dari daerah arya dating silih berganti dan di beri sambutan yang meriah. Lalu putri amba, ambika dan ambalika  sedang memilih farfum yang cocok untuk dirinya, ambalika merasa bingung dan takut, dia tidakk tau cara dan raja mana yang pantas untuk dijadikan suaminya. Amba pun memberikan nasehat kepada adiknya itu “saat jantungmu berdetak cepat saat melihat seorang pria, dan matamu tidak mencari tahu akan wajahnya pilih pria seperti itu sebagai suamimu” ternyata Putri amba sudah menjalin hubungan dengan raja salwa sebelum acara swayemwara ini, dan putrid amba sudah dan akan memilih raja salwa dalam swayemwara ini. MAHABHARATA EPISODE 3

Shin pun berpindah ke bhisma sedang mennuju ke karajaan kasha dengan pasukan yang begitu besar. Dan di kerajaan kasha ke 3 putri tersebut sedang menuju ketempat duduknya, sambil berjalan putrid amba melirik raja salwa dan sambil tersenyum. Ketika raja dari kashi memberikan sambutan, bhisma pun dating dan memasukin tempat swayemwara itu. Bisma pun menghampiri raja kashi dan memberi salam kepadanya, bisma mengatakan dia datang dari hastinapura dan merupakan perwakilan dari pangeran wicitrawirya untuk meminta pernikahan dari putrimu, bisma juga mengatakan tidak ada selain dari kerajaan hastina pura yang lebih besar dan itu kebenaran, bisma juga berjanji akan menjadikan putrimu ratu dari hastina pura, jika ada raja atau pangeran yang tidak setuju dengan ku maka dia boleh menantangku.

MAHABHARATA EPISODE 3 Raja salwa bangun dari tempat duduknya dan menantang bisma, dengan penuh keyakinan raja salwa menghampiri bisma sambil memegang pedangnya, bhisma pun bersiap dengan busurnya. Hanya dengan merentangkan tali busurnya dan gelombang suara dari tali busurnya, bisma dengan sangat mudah mengalahkan raja salwa terpental jauh dan kepalanya membentur tembok. Melihat kejadian itu putri amba memanggil dan mendekati raja salwa. Semua yang ada disana pun kebingungan melihat sikap putri amba.  Dalam keadaan marah putrid amba mendekati bisma dan menanyakan siapa kau ? siapa yang mengundang mu disini ? kalau kami memilih suami berdasarkan kekuatan, maka ayah kami akan mengatur swayemwar ini dalam bentuk kompetisi. Putri amba juga mengatakan ia akan memilih raja salwa sebagai suaminya dalam swayemwar ini.

Sontak bisma, raja kasha dan semua yang ada di istana terkejut, lalu bisma bertanya kepada raja kashi, kalau putrimu sudah memilih calonnya, lalu untuk apa mengadakan acara ini ? semua raja datang ke kashi untuk mengikuti sawayemwara ini apa itu juga sia sia ? ini penipuan raja kashi. Semua raja yang hadir pada acara itu pun membenarkan pernyataan dari bhisma. Saat ini bhisma sudah memenangkan swayemwar ini, maka dari itu putrimu harus menikah dengan pangeran dari hastina pura. Raja kashi pun meminta maaf kepada bisma dan setuju putrinya menikah dengan pangeran dari hastina pura. Namun bhisma tidak setuju dengan ini, bhisma ingin memastikan apakah ke 2 putrimu yang lain sudah memilih calonnya. Putri ambika dan ambalika belum memilih calon suaminya. Maka bhisma pun memutuskan hanya akan membawa mereka berdua saja dan melepaskan dewi amba dari tanggung jawab swayemwar ini. Bisma juga mengijinkan dewi amba menikah dengan calon suami yang dipilihnya dan berjanji akan memberikan hadiah atas nama hastina pura. MAHABHARATA EPISODE 3

Shin pun berpindah ke kerajaan hastina pura yang sedang melangsungkan acara pernikahan dari pangeran wicitra wirya dengan ambika dan ambalika. Tiba tiba datang dewi amba ke hastina pura. Kedatanangan dewi amba ini semata mata hanya menuntut haknya. Setelah swayemwar itu dewi amba pergi ke kerajaan salwa untuk menikah, namu raja salwa menolaknya karena sudah dikalahkan oleh bisma di acara tersebut. Dewi amba menuntut aku akan menikah hanya denganmu bisma putra gangga.


 

Kamis, 04 Februari 2021

MAHABHARATA EPISODE 61

 


MAHABHARATA EPISODE 61 Arjuna sedang melihat 5 batu permata yang diberikan oleh subadra. Tiba tiba datang guru drone menghampiri arjuna, dan bertanya apakah kau takut anaku? Arjuna menjawab : apa guru tidak percaya akan kemampuanku? Aku hanya percaya kepadamu saja anaku jawab drona. Drone melihat tangan arjuna yang sedang memegang 5 batu pertama dan bertanya, apa itu anaku ? ini adalah teka teki guru, aku sedang berusaha memecahkannya, jawab arjuna.

Adegan berpindah ke kerajaan pancala. Srikandi sedang berjalan menuju ke ayahnya, untuk meminta ijin dan doa. Sebelum menuju medan pertempuran, drupada menyarankan agar tidak membunuh para pangeran hastina, dan menjadikan mereka sebagai tahanan, maka bhisma pasti akan datang untuk menyelamatkannya.

MAHABHARATA EPISODE 61 Sementara kubu hastina sudah berada di perbatasan kerajaan Pancala. Tiba tiba Duryudhana datang dan malah menyulut pertengkaran dengan Pandawa. Duryudana tidak mengijinkan para pandawa untuk ikut berperang, tapi duryudana hanya mengijinkan arjuna, nakula dan sadewa utk ikut bersamanya. Bima pun langsung mendatangi duryudana dan bertanya bagaimana jika mereka tidak mau ? Maka dalam pertempuran kau harus berhati hati terhadap pasukan drupada dan juga senjata dari sodara2ku jawab duryudana. Yudhistira yang tidak bisa melihat mereka beselisih mengijinkan para Kurawa untuk menyerang Pancala terlebih dahulu. Maka Pasukan Kurawa pun menyerang terlebih dahulu.


MAHABHARATA EPISODE 61 Adegan berpindah ke medan pertempuran tepatnya di wilayah kerajaan pancala. Pasukan Drupada sedang berjalan dan bersiap siap untuk bertempur. Srikandi melihat keadaan di sekitar medan pertempuran, dan melihat pasukan kurawa sedang menuju kearahnya. Srikandi langsung memerintahkan pasukan berkuda untuk berbaris kedepan dan bersiap menghadang pasukan kurawa. Akhirnya pertempuran antara kurawa dan pasukan drupada pun terjadi. Kurawa berhasil mengalahkan pasukan berkuda yang dikirim untk menghalangiinya dengan sempurna dan mendominasi jalannya pertempuran.

Melihat pasukan berkudanya kalah, srikandi langsung merubah formasi perang yang sudah di persiapkan sebelumnya dan membentuk sebuah labirin raksasa. Mulanya Kurawa berhasil masuk, namun ternyata, mereka termakan jebakan strategi Drupada. Saudara saudara duryudana berhasil ditangkap oleh pasukan drupada, duryudana dan dursasana kebingungan menghadapi strategi perang yang sudah di persiapkan oleh raja drupada dan srikandi. Duryudana berencana mencari raja Drupada ke tengah2 labirin, tapi sebelum itu terjadi duryudana terkena perangkap jarring yang sudah di siapkan oleh pasukan drupada. Tapi duryudana berhasil keluar dari jarring tersebut. MAHABHARATA EPISODE 61


Melihat 2 pangeran yang masih bebas dan melawan, raja drupada memerintahkan srikandi untuk menangkap mereka berdua. Awalnya srikandi bertarung melawan dursasana dan hendak mengalahkannya, namun sebelum itu terjadi duryudana datang dan menyelamatkan adiknya. Terjadinya pertempuran antara Srikandi dengan duryudana. Srikandi berhasil dikalahkan dengan 1x pukulan saja. Melihat itu semua akhirnya raja drupada turun ke medan pertempuran dan melawan duryudana. Pertempuran duryudana dengan druppada begitu sengit, mereka saling serang. Duryudana berhasil membuat raja drupada terjatuh. Dan pada titik akhir, raja drupada menggunakan ilusi 5 batu permata dan merubahnya menjadi 5 raja drupada. Duryudana hanya bisa melihat dan kebingungan melihat 5 raja drupada sekaligus, duryudana pun kalah ditangan raja drupada. MAHABHARATA EPISODE 61

Rabu, 03 Februari 2021

KISAH BISMA DEWABRATA


BHISMA adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata, putra dari Prabu Santanu dan Dewi Gangga. Ia juga merupakan kakek dari Pandawa maupun Korawa. Semasa muda ia bernama Dewabrata tetapi berganti nama menjadi Bisma semenjak bersumpah bahwa ia tidak akan menikah seumur hidup. Bisma ahli dalam segala modus peperangan dan sangat disegani oleh Pandawa dan Korawa. KISAH BISMA

sebelum kita mebahas kematian bisma yang agung, perlu kita mengetahui bagaimana kisah hidup bisma menurut versi aslinya.

Menurut kitab Adiparwa, Bisma merupakan reinkarnasi dari salah satu Delapan Wasu yang bernama Prabasa. Karena Prabasa dan para Wasu lainnya berusaha mencuri sapi milik Resi Wasista, maka mereka dikutuk agar terlahir sebagai anak manusia. Dalam perjalanan menuju Bumi, mereka bertemu dengan Dewi Gangga yang juga dikutuk untuk turun ke dunia sebagai istri putra Raja Pratipa, yaitu Santanu. Kemudian, Para Wasu membuat kesepakatan dengan sang dewi bahwa mereka akan menjelma sebagai delapan putra Prabu Santanu dan dilahirkan oleh Dewi Gangga.

KISAH BISMA Dalam Adiparwa diceritakan bahwa Prabu Santanu menikah dengan Dewi Gangga, setelah menyetujui syarat bahwa sang prabu tidak akan melarang istrinya apabila melakukan sesuatu yang mengejutkannya. Tak lama setelah menikah, sang dewi melahirkan, tetapi ia segera menenggelamkan anaknya ke sungai Gangga. Sesuai perjanjian, Santanu tidak melarang perbuatan tersebut. Setelah tujuh kali melakukan perbuatan yang sama, anak kedelapan berhasil selamat karena tindakan Dewi Gangga dicegah oleh Santanu yang kesabarannya telah habis. Setelah didesak, Dewi Gangga pun menjelaskan bahwa anak-anak yang dilahirkannya adalah reinkarnasi Delapan Wasu yang dikutuk karena berusaha mencuri sapi milik Resi Wasista. Untuk meringankan penderitaan yang harus mereka tanggung di dunia manusia, sang dewi hanya membiarkan mereka hidup sementara. Namun, anak yang kedelapan—yang kemudian diberi nama Dewabrata—merupakan Wasu yang paling bertanggung jawab atas usaha pencurian sapi tersebut. Maka dari itu, sang dewi pun membiarkannya hidup lebih lama dibandingkan Wasu lainnya. Pada akhirnya, Dewi Gangga pun meninggalkan Santanu dengan membawa anak kedelapan tersebut karena Santanu telah melanggar janjinya.


Dalam Adiparwa diceritakan bahwa 36 tahun setelah kepergian Dewi Gangga, Santanu menemukan putranya secara tidak sengaja di hilir sungai Gangga. Kemudian, Dewi Gangga muncul untuk menyerahkan hak asuh anak tersebut kepada sang prabu, dan memberi tahu namanya adalah "Dewabrata". Singkat cerita, Dewabrata dicalonkan sebagai pangeran mahkota yang nanitinya akan menjadi pewaris takhta Hastinapura.

KISAH BISMA Beberapa tahun kemudian, Santanu jatuh cinta kepada putri nelayan bernama Satyawati. Satyawati bersedia menyerahkan dirinya dengan syarat bahwa keturunan Satywati diberikan hak atas takhta Hastinapura. Santanu tidak bisa menyanggupi syarat tersebut karena telanjur mencalonkan Bisma sebagai penerus takhta. Dengan berat hati, Santanu kembali ke kerajaannya. Tak lama kemudian, ia jatuh sakit karena kegagalannya untuk menikahi Satyawati. Dewabrata mencari informasi dari kusir pribadi sang prabu, dan menemukan sumber penyakit ayahnya. Ia segera berangkat menuju kediaman Satyawati.

Di hadapan ayah Satyawati, Dewabrata bersumpah untuk tidak mewarisi takhta Hatsinapura, dan menyerahkan hak tersebut kepada keturunan Satyawati. Meskipun demikian, ayah Satyawati masih meragukan pengorbanannya, sebab pertikaian untuk memperebutkan takhta mungkin saja terjadi antara keturunan Bisma dengan keturunan Satyawati. Demi meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi, maka Dewabrata juga bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup agar tidak memiliki keturunan demi menghindari perebutkan takhta kerajaan. Akhirnya, Satywati pun diserahkan untuk menjadi istri Santanu. Karena pengorbanannya, Dewabrata diberi nama Bisma oleh ayahnya, dan dianugerahi agar mampu bersahabat dengan Sang Dewa Waktu sehingga ia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri. KISAH BISMA

Bisma memiliki dua adik dari ibu tirinya, yang bernama Citrānggada dan Wicitrawirya. Bisma mendidik dan melindungi mereka sebagai penerus Dinasti Kuru di Hastinapura. Sayangnya, Citranggada gugur dalam suatu pertempuran, sehingga Wicitrawirya dinobatkan sebagai pewaris takhta. Demi kebahagiaan adiknya, ia pergi ke Kerajaan Kasi dan memenangkan sayembara sehingga berhasil membawa pulang tiga orang putri bernama AmbaAmbika, dan Ambalika untuk dinikahkan dengan Wicitrawirya. Namun, Amba menolak menikah dengan pangeran dari hastina pura, amba akan menikah dan itu hanya dengan bisma karrena bisma telah memenangkan sayembara yang dilaksanakan oleh kerajaan kasi.


Saat perang antara Pandawa dan Korawa meletus, Bisma berada di pihak Korawa. Sesaat sebelum pertempuran, ia berkata kepada Yudistira bahwa dirinya telah diperbudak oleh kekayaan, dan dengan kekayaannya Korawa mengikat Bisma. Meskipun demikian, karena Yudistira telah melakukan penghormatan sebelum pertempuran, maka Bisma merestui Yudistira dan berdoa agar kemenangan berada di pihak Pandawa, meskipun Bisma sangat sulit untuk ditaklukkan. Bisma juga pernah berkata kepada Duryodana, bahwa meski dirinya (Bisma) memihak Korawa, kemenangan sudah pasti berada di pihak Pandawa karena Kresna berada di sana, dan dimanapun ada Kresna maka di sanalah terdapat kebenaran serta keberuntungan dan dimanapun ada Arjuna, di sanalah terdapat kejayaan.

KISAH BISMA Dalam pertempuran akbar di dataran keramat Kurukshetra, Bisma bertarung dengan dahsyat. Prajurit dan ksatria yang melawannya pasti binasa atau mengalami luka berat. Dalam kitab Bismaparwa dikatakan bahwa di dunia ini para ksatria sulit menandingi kekuatannya dan tidak ada yang mampu melawannya selain Arjuna dan Kresna. Meskipun Arjuna mendapatkan kesempatan untuk melawan Bisma, tetapi ia sering bertarung dengan setengah hati, mengingat bahwa Bisma adalah kakek kandungnya sendiri. Hal yang sama juga dirasakan oleh Bisma, yang masih sayang dengan Arjuna, cucu yang sangat dicintainya.

jadi sebenarnya yang mampu mengalahkan bhisma adalah krisna dan arjuna, mengapa, krisna merupakan awatara dari dewa wisnu sendiri nah dewa wisnu merupakan salah satu dari 3 dewa utama tri murti (menurut ajaran agama hindu) namun krisna dalam perang bharata yuda tidak menggunakan senjatanya ia hanya menjadi kusir kreta arjuna saja. lalu arjuna sebernarnya mampu untuk mengalahkan bhisma seorang diri, karena arjuna memiliki kemampuan yang luar biasa ia memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang hebat dalam hal bertarung, arjuna memiliki busur gandiwa berserta tempat anak panahnya yang tidak pernah habis pemberian dari dewa agni sendiri, (ya kita bayangkan saja arjuna yang memiliki tempat anak panah yang tiidak pernah habis, ketika anak panah arjuna mau habis maka dengan sendirinya tempat anakk panah tersebut akan terisi kembali, habis lagi terisi kembali2x, maka arjuna ketika melawan bisma bisa melesatkan ratusan bahkan ribuan anak panah saat itu) arjuna memiliki brahmastra sebuah senjata dari dewa brahma sendiri, arjuna juga memiliki senjata pasupatastra sebuah senjata dari anugrah dewa siwa, disamping itu krisna berada di kerata arjuna yang nantinya akan membantunya memberikan saran ketika berperang, diatas kereta arjuna ada bendera hanuman yang menjadikan kreta arjuna menjadi sangat kuat, kokoh dan sulit untuk dihancurkan. tapi arjuna ketika berhadapan dengan bhisma selalu bertarung dan mengeluarkan kemampuanya setengah, itu disebabkan karena arjuna sangat mencintai dan menghormati kakenya sendiri. itulah yang menyebabkan arjuna enggan untuk membunuh bisma. sebenarnya menurut admin ada satu tokoh lagi yang bisa mengalahkan bhisma yaitu karna. mengapa ? karna dan bisma belajar dengan guru yang sama yaitu begawan parasurama, karna memiliki baju besi sejak lahir yang merupakan bagian dari dewa surya sendiri, memiliki busur wijaya pemberian gurunya sendiri yang merupakan busur kemenangan, karna memiliki senjata brhmastra dan juga memiliki senjata dewa bernama indrastra. namun karna tidak akan pernah bisa bertarung melawan bhisma karena mereka berada dalam pihak yang sama. (jika teman2 memiliki pendapat lain tentang penjelasan diatas dan tentang yang bisa mengalahkan bhisma bisa ditulis pendapatnya dikolom komentar)


Kresna yang menjadi kusir kereta Arjuna dalam peperangan, menjadi marah dengan sikap Arjuna yang masih segan untuk menghabisi nyawa Bisma, dan ia nekat untuk menghabisi nyawa Bisma dengan tangannya sendiri. Dengan sorot maya yang tajam yang memancarkan kemarahan, ia memutar-mutar Chakra di atas tangannya dan memusatkan perhatian untuk membidik leher Bisma. Bisma tidak menghindar, dan justru bahagia jika gugur di tangan Kresna. Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berusaha menghentikannya. Kresna mengurungkan niatnya dan naik kembali ke atas kereta. KISAH BISMA

Sebelum hari kematiannya, Pandawa dan Kresna mendatangi kemah Bisma di malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma mengetahui bahwa Pandawa dan Kresna telah masuk ke dalam kemahnya dan ia menyambut mereka dengan ramah. Ketika Yudistira menanyakan apa yang bisa diperbuat untuk menaklukkan Bisma yang sangat mereka hormati, Bisma menjawab:

“           ...ketahuilah pantanganku ini, bahwa aku tidak akan menyerang seseorang yang telah membuang senjata, juga yang terjatuh dari keretanya. Aku juga tidak akan menyerang mereka yang senjatanya terlepas dari tangan, tidak akan menyerang orang yang bendera lambang kebesarannya hancur, orang yang melarikan diri, orang dalam keadaan ketakutan, orang yang takluk dan mengatakan bahwa ia menyerah, dan aku pun tidak akan menyerang seorang wanita, juga seseorang yang namanya seperti wanita, orang yang lemah dan tak mampu menjaga diri, orang yang hanya memiliki seorang anak lelaki, ataupun orang yang sedang mabuk. Dengan itu semua aku enggan bertarung...            ”

KISAH BISMA Bisma juga mengatakan apabila pihak Pandawa ingin mengalahkannya, mereka harus menempatkan seseorang yang membuat Bisma enggan untuk bertarung di depan kereta Arjuna, karena ia yakin hanya Arjuna dan Kresna yang mampu mengalahkannya dalam peperangan. Dengan bersembunyi di belakang orang yang membuat Bisma enggan berperang, Arjuna harus mampu melumpuhkan Bisma dengan panah-panahnya. Berpedoman kepada pernyataan tersebut, Kresna menyadarkan Arjuna akan kewajibannya. Meski Arjuna masih segan, tetapi ia menuntaskan tugas tersebut. Pada hari kesepuluh, Srikandi menyerang Bisma, tetapi Bisma tidak melawan. Di belakang Srikandi, Arjuna menembakkan panah-panahnya yang dahsyat dan melumpuhkan Bisma. Panah-panah tersebut menancap dan menembus baju zirahnya, kemudian Bisma terjatuh dari keretanya, tetapi badannya tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh puluhan panah yang menancap di tubuhnya. Namun Bisma tidak gugur seketika karena ia boleh menentukan waktu kematiannya sendiri. Bisma menghembuskan napasnya setelah ia menyaksikan kehancuran pasukan Korawa dan setelah ia memberikan wejangan suci kepada Yudistira setelah perang Bharatayuddha selesai.

ASWATAMA

        


   KISAH ASWATAMA Dalam epos Mahabharata Aswatama adalah seorang brahmana-kesatria, putra Drona dengan Krepi. Mahabharata menceritakannya sebagai putra kesayangan Drona. Dalam mitologi Hindu, ia dikenal sebagai salah satu dari tujuh ciranjiwi (makhluk abadi), yang dikutuk untuk hidup selamanya tanpa memiliki rasa cinta, setelah melakukan pembunuhan terhadap lima putra Pandawa dan mencoba menggugurkan janin yang dikandung Utari, istri Abimanyu.

        Mahabharata mendeskripsikan Aswatama sebagai lelaki bertubuh tinggi, dengan kulit gelap, bermata hitam, dan dilekati oleh sebuah permata di dahinya. Sebagaimana BismaDronaKrepaKarna, dan Arjuna, ia merupakan seorang ahli ilmu perang dan dipandang sebagai salah satu kesatria ulung pada masanya. Aswatama juga menyandang gelar maharathi, dan merupakan salah satu jenderal andalan Korawa dalam perang Kurukshetra. Setelah perang di Kurukshetra berakhir, hanya ia bersama Kertawarma dan Krepa yang yang masih dari pihak Korawa.

        KISAH ASWATAMA Aswatama merupakan putra dari pasangan Bagawan Drona dengan Krepi, adik Krepa (pendeta agung Hastinapura pada masa pemerintahan para raja Dinasti Kuru). Ia terlahir dengan sebuah batu permata (mani) yang melekat di dahinya. Saat kecil ia hidup dalam kemiskinan; dalam epos Mahabharata mendeskripsikan bahwa keluarga Aswatama bahkan tidak mampu menyediakan susu, minuman yang lazim pada masyarakat saat itu. Demi memberikan kehidupan yang lebih layak kepada Aswatama, Drona mencoba mencari bantuan kepada teman lamanya yang bernama Drupada, tetapi berujung pada penghinaan dan permusuhan karena Drupada menghina status sosial Drona.



        Dalam epos Mohabharata keluarganya mengalami perubahan setelah Drona diangkat sebagai guru kerajaan oleh keluarga Dinasti Kuru di Hastinapura. Ia melatih ilmu militer para pangeran Dinasti Kuru, yaitu seratus Korawa dan lima Pandawa. Kekuatannya hampir setara dengan Arjuna, terutama dalam ilmu memanah. Di antara para pangeran Kuru, ia berteman baik dengan Duryodana, putra sulung Dretarastra. Mereka berdua memiliki kecemburuan kepada Pandawa. Duryodana merasa bahwa Yudistira adalah penghalangnya dalam mewarisi takhta Hastinapura, sementara bakat Arjuna membuat Aswatama iri karena merasa bahwa kasih sayang ayahnya telah terbagi, sebab Arjuna adalah murid kesayangan Drona.

      KISAH ASWATAMA Dalam rangka menyelesaikan pendidikan para pangeran Kuru, Drona memerintahkan para Korawa  dan pandawa untuk melakukan tugas akhir, yaitu mengalahkan Drupada, Raja Panchala, dan membawanya hidup-hidup ke hadapan Drona. Setelah para Korawa gagal melaksanakan tugasnya, para pandawa Arjuna dan saudara-saudaranya  menunaikan tugas tersebut. Arjuna berhasil membawa Drupada ke hadapan Drona. Drona menjelaskan bahwa dendamnya kepada Drupada telah berakhir pada saat itu juga. Ia juga membagi kerajaan Panchala menjadi dua wilayah, dan mengangkat Aswatama sebagai raja di sebagian wilayah Panchala tersebut.

    Saat perang baratayuda di antara Pandawa dan Korawa meletus, Aswatama memihak kepada Korawa. Karena kasih sayang yang begiitu besar kepada aswatama Keputusan anaknya itu memaksa Drona untuk bergabung dengan Korawa.  Dan maenjadi musuh para pandawa. Saat bertempur dengan arjuna ia memanggil senjata Agneyastra untuk menyerang Arjuna, tetapi berhasil ditumpas dengan senjata Brahmastra. Pertarungannya dengan Bima dalam Bharatayuddha pun berakhir dengan kekalahan aswatama.

      KISAH ASWATAMA Pada pertempuran di hari ke-10, Drona diangkat sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa, menggantikan Bisma yang telah kalah. Drona berjanji bahwa ia akan menangkap Yudistira dan membawanya ke hadapan Duryodana, tetapi janji itu senantiasa gagal ditunaikan. Duryodana pun mulai mencela Drona, yang menyebabkan Aswatama emosi. Akhirnya timbul perselisihan antara Duryodana dengan Aswatama.

    Untuk dapat mengalahkan guru drona, krisna menyarankan agar memberitahu kematian aswatama kepada guru drone. Itu pasti bisa membuuat semangat temppur dari guru drone akan menurun, Sehingga lebiih mudah dikalahkan.  Setelah mendengar bahwa "Aswatama gugur", Drona langsung merasa lemas dan tidak melanjutkan pertempuran. Ia segera duduk dalam posisi asanas. Melihat Drona sudah tak bersemangat lagi, Drestadyumna, panglima tertinggi pihak Pandawa bergegas mengambil pedangnya, kemudian memenggal leher Drona.

        KISAH ASWATAMA Mengetahui bahwa ayahnya Gugur, Aswatama pun murka. Ia mengeluarkan senjata Narayanastra untuk memusnahkan Pandawa. Pengeluaran senjata tersebut diiringi dengan tiupan angin kencang, sambaran petir, dan kemunculan jutaan anak panah yang siap menyasar setiap orang bersenjata di kubu Pandawa. Hal tersebut menggentarkan pihak Pandawa, sampai akhirnya Kresna menyuruh semua orang di kubu Pandawa untuk menjatuhkan senjata dan bersikap menyerah kepada Narayanastra.

        Sebagai awatara Wisnu (Narayana), Kresna tahu bahwa Narayanastra hanya menyerang orang-orang yang bersenjata saja. Setelah semua orang di kubu Pandawa menjatuhkan senjata, Narayanastra pun kehilangan target serangannya, lalu kembali kepada Aswatama. Saat pertempuran berlanjut kembali, Duryodana menyuruh Aswatama agar mengeluarkan Narayanastra sekali lagi, tetapi Aswatama menerangkan bahwa apabila senjata tersebut dipakai lagi, maka pemakainyalah yang akan menjadi sasaran.

        

    Dalam kitab Sauptikaparwa dikisahkan bahwa pada hari ke-18 (hari berakhirnya berperang), yang tersisa dari pihak Korawa ada tiga orang: Aswatama, Krepa, dan Kertawarma. Setelah perang di hari terakhir usai, mereka mendapati bahwa Duryodana terluka parah setelah berduel dengan Bima. Dalam keadaan sekarat, Duryodana mengangkat Aswatama sebagai panglima tertinggi Korawa, dan memohon agar ia membalaskan dendam Duryodana. Aswatama—yang juga memiliki dendam—berjanji untuk membunuh para perwira pihak Pandawa demi Duryodana setelah perang berakhir secara resmi. KISAH ASWATAMA

        Terinsiprasi dari burung hantu yang menyambar gagak di tengah malam, Aswatama menggagas untuk melakukan serangan pada malam hari. Namun niatnya ditentang oleh Krepa karena itu merupakan perbuatan yang tidak adil. Aswatama pun mengutarakan bahwa peperangan memang tidak adil, dan semua pihak memang tidak adil. Pada akhirnya Krepa dan Kertawarma tetap mengikuti instruksi Aswatama untuk melakukan serangan malam di perkemahan para Pandawa. Di pintu gerbang perkemahan, mereka bertiga dihadang raksasa penjaga. Segala senjata yang diluncurkan Aswatama tidak mampu mengalahkan makhluk itu. Kemudian Aswatama memohon bantuan Dewa Siwa. Sang dewa muncul lalu memberikan kesaktian bagai Rudra kepada Aswatama, yang membuatnya tak terkalahkan dan berhasil merangsek masuk dengan mudah ke perkemahan Pandawa.

  KISAH ASWATAMA Pertama-tama, Aswatama mencari tenda Drestadyumna lalu membunuhnya. Setelah berhasil membunuh dresttadyumna ia mencari Srikandi dan Pancakumara (lima putra Pandawa),mereka terbunuh oleh Aswatama yang telah mendapatkan kekuatan dari Siwa. Aswatama juga membunuh YudamanyuUtamoja, dan para kesatria yang ada di perkemahan, kemudian mengamuk bagaikan Rudra. Sementara itu, Krepa dan Kertawarma berjaga di gerbang perkemahan, dan membunuh para prajurit yang melarikan diri dari amukan Aswatama.

        Setelah melakukan pembantaian di perkemahan Pandawa, ketiga kesatria kembali menghadap Duryodana dan menyatakan bahwa para perwira Panchala (Drestadyumna, Srikandi, Yudamanyu, Utamoja) telah binasa, dan anak-anak para Pandawa telah punah. Duryodana merasa senang mendengarkan berita keberhasilan Aswatama; sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh BismaDrona, dan Karna untuknya. Tak lama kemudian, Duryodana menghembuskan napas terakhirnya. Aswatama, Krepa, Kertawarma, beserta para prajurit Korawa yang tersisa melaksanakan upacara pembakaran jenazah untuknya.

        KISAH ASWATAMA Pada saat serangan malam, Pandawa sedang tidak berada di perkemahan sehingga selamat dari amukan Aswatama. Seorang kusir kereta Drestadyumna berhasil meloloskan diri dari serangan Krepa dan Kertawarma di pintu gerbang. Ia melaporkan kejadian kepada Yudistira sehingga para Pandawa bergegas kembali ke perkemahan mereka. Ketika kembali, mereka mendapati bahwa perkemahan telah porak poranda. Sementara itu, Aswatama mengungsi ke asrama Resi Byasa setelah menyesali perbuatannya. Pandawa memburu Aswatama hingga ke asrama sang bagawan. Di sana, ia bertarung dengan Arjuna.

        Saat pertarungan, Aswatama memanggil senjata Brahmastra, yang dulu ingin ditukar dengan cakra milik Kresna namun tidak berhasil. Dengan senjata itu ia menyerang Arjuna dan Arjuna membalasnya dengan mengeluarkan senjata yang sama. Takut akan kehancuran dunia, Resi Byasa menyuruh agar kedua kesatria tersebut menarik senjatanya kembali. Sementara Arjuna berhasil melakukannya, Aswatama yang belum diberi pengetahuan untuk menarik Brahmastra diberi pilihan agar senjata menyerang target lain untuk dihancurkan. Aswatama mengarahkan senjatanya menuju rahim Utari (menantu Arjuna) yang sedang hamil, dengan tujuan memutus garis keturunan Pandawa. Senjata itu berhasil membakar janin Utari, tetapi Kresna menghidupkannya lagi.

        KISAH ASWATAMA Pada akhir buku Sauptikaparwa dinyatakan bahwa Kresna mengutuk Aswatama agar menderita kusta dan mengembara di Bumi sampai akhir zaman Kaliyuga. Aswatama juga dipaksa menyerahkan batu permata berharga (mani) yang melekat di dahinya, yaitu permata yang membuatnya tidak takut terhadap segala senjata, penyakit, atau rasa lapar, dan membuatnya tak takut terhadap para dewaraksasadetya, dan naga. Setelah permatanya dilepaskan, bekas lekatannya meninggalkan luka di dahinya, yang mengeluarkan darah berbau tidak sedap yang tidak akan pernah berhenti mengalir sampai akhir zaman Kaliyuga.

        Di India masa kini, Aswatama telah menjadi legenda urban, dan dipercaya masih hidup serta mengembara ke berbagai kuil Siwa, memohon agar lukanya dapat disembuhkan.

Senin, 01 Februari 2021

MAHABHARATA EPISODE 60

 


Mahabharata Episode 60 Pada episode sebelumnya sangkuni memberikan saran kepada keponakannya untuk memenggal kepala raja drupada dan menaruhnya dikaki gurunya, maka guru dronalah yang akan disalahkan. mereka pun tertawa dan duryudana mengucapkan selamat tinggal kpd pamanya itu.

Diawal episode yang ke 60 ini, diperlihatkan sebuah adegan dimana para korawa dan pandawa sedang berjalan menuju halaman hastina. meraka sudah ditunggu oleh raja destrarastra, gandari dan anggota keluarga kerajaan yang lainnya. pandawa meminta restu kepada raja destrarastra, bhisma dan yang lainnya, begitu juga dengan para korawa beserta raja angga karna melakukan hal yang sama.

Mahabharata Episode 60 Setelah itu semua pangeran berkumpul di halaman istana untuk bersiap menuju medan peperangan, Karna juga ikut bersama Duryudhana. Kemudian mereka menghadap Guru Drona. Drona memberi wejangan karena ini adalah pertempuran pertama dari para pangeran, semua ilmu dan pengetahuan yang sudah diajarkan akan terlihat dipertempuran kali ini. drona juga mengatakan  untuk berhati-hati, karena Drupada juga mempunyai ilmu yang sama dengan dirinya. Drona dan Drupada dulu belajar bersama. dulu raja drupada pernah mengatakan sesuatu kpd drona jika aku bangga dengan ilmuku maka aku harus menghasilkan murid dan ksatria yang bisa mengalahkannya. 

Drona hanya mengijinkan semua muridnya untuk ikut dalam pertempuran. tetapi raja angga Karna yang ada dipihak korawa dilarang untuk ikut karena dia bukan murid Drona. drona tidak percaya akan kemampuan dari karna karena bukan dia yang mengajarinya. Akhirnya para Pandawa dan Kurawa  berangkat dan meninggalkan Karna. Para pandawa, Kurawa aswatama dan drona meninggalkan kerajaan hastina dan melakukan perjalanan selama 1 hari 1 malam,setelah meraka keluar dari wilayah Hastina. Mahabharata Episode 60

Mereka membuat kemah masing-masing dan menyusun strategi. disini diperlihakan diperkemahan pandawa sedang bersiap siap dan nakula bertanya kepada arjuna apakah raja drupada itu sehebat yang dikatakan, lalu arjuna menjawab mereka yang tidak percaya pada penglihatannya maka pandangan meraka tidak bisa dihentikan oleh apapun juga. dikemah para korawa, duryudanana sedang mengatur formasi dalam perang besok Aswatama bergabung di kemah korawa,  dia mengintatkan ke Duryudhan bahwa kita harus mengalahkan jenderal Drupada terlebih dahulu. Karena Jenderal itu konon tak bisa mati, jendral itu hanya bisa dihentikandenngan ilmu pasastra. duryudana pun melihat adiknya wikarna dan bertanya kau tahu cara menggunakan pasastra ? Wikarna menjawab aku tahu cara menggunakan pasastra namun aku tak memiliki keyakinan penuh untuk menggunakannya. Aswatama bilang kalau Arjuna bisa menggunakan pasastra, namun Duryudhana tak mau jika harus bergabung dengan para pandawa.

jadi Siapakah jenderal yang dimaksud itu? adegan berpindah ke kerajaan pancala. raja drupada mendatangi jendralnya yang sedang melaksanakan latihan.

Mahabharata Episode 60 Ternyata jenderal itu adalah Srikandi yang tak lain adalah anak Drupada. Drupada menyuruh Srikandi agar tak membunuh semua pangeran hastina, jika semua pangeran ditahan bhisma pasti akan datang untuk menyelamatkannya. disaat itulah srikandi akan punya kesempatan untuk membunuh bhisma yang menjadi alasan kelahiran dan tujuan hidupnya selama ini.perlu diketahui Srikandi tak bisa mati karena dia adalah titisan Dewi Amba dimana Dewi Amba telah bersumpah untuk membunuh Bhisma. setelah itu srikandi pun bersiap dan menyucikan dirinya sebelum berperang disaat itu srikandi teringat akan kehidupannya dimasa lalu dimana bhisma berhasil mengalahkan calon suaminya. Nah untuk mengingat kembali cerita tentang Bhisma dan Dewi Amba bisa lihat di: Kelahiran Srikandi dan Dendam dewi Amba kepada Bhisma.


MAHABHARATA EPISODE 57

 


Mahabharata eps 57 Setelah kejadian penghinaan Arjuna di pesta, semua pandawa masuk ke ruangannya. Mereka membicarakan mengenai pengadilan besok dimana Distrarasta akan mengumumkan Putra Mahkota. Para Pandawa merasa bahwa Duryudhana akan mendapatkan status Putra Mahkota. Namun Yudhistira yang bijak menenangkan adik-adiknya agar semua patuh pada keputusan besok. Bhima yang emosi ingin berperang dengan Duryudhana. Yudhistira kembali berusaha menenangkan adiknya itu, karena jika kita berperang kita hanya akan berperang dengan kerabat kita sendiri. Mahabharata eps 57

Yudhistira sendiri tidak menginginkan itu. Sementara itu Arjuna mendatangi Kakek Bhisma. dia meminta maaf kepada Kakek Bhisma atas kejadian tadi. Bhisma sendiri kemudian membicarakan mengenai Distrasta yang akan membuat keputusan besok, dimana sudah sangat jelas bahwa dia akan menunjuk Duryudhana sebagai putra mahkota. Bhisma tidak senang akan hal itu. Ucapan Bhisma salah dimengerti oleh Arjuna. dia malah bilang bahwa kami para pandawa siap menobatkan Yudhistira menjadi raja. 

Mahabharata eps 57 Bhisma langsung memotong perkataan Arjuna dan bilang, Jika kau mengangkat senjata melawan Hastina maka aku sendiri yang akan melawanmu dan tanpa bantuan Yang Maha Kuasa kau tidak bisa mengalahkanku. Nb: Perlu diketahui bahwa Bhisma sudah bersumpah untuk mengabdi pada Hastinapura. Sementara itu Aswatama menemui ayahnya Drona. Aswatama bilang ke Drona bahwa besok raja Distrarastra akan menobatkan Putra Mahkota. Drona tidak senang akan hal itu karena dia merasa semua pangeran belum pantas dinobatkan menjadi putra mahkota.

Hari pengumuman penobatan Putra Mahkota tiba. Saat itu Dursasana, Aswatama, Karna, dan Duryudhana sedang berkumpul melihat pembuatan patung Duryudhana. Kemudian lewatlah para pandawa. Untuk kesekian kalinya Duryudhana bersama kroni-kroninya menyindir pandawa. Bhima dan Arjuna sempat emosi namun Yudhistira segera menenangkan adik-adiknya. Sementara itu gandari sedang berdoa, kemudia dia didatangi Sengkuni. dia bilang ke Gandari bahwa hari ini keinginannya akan terkabul karena Duryudhana akan menjadi Putra Mahkota. 

Mahabharata eps 57 Sebenarnya maksud sengkuni adalah ingin menghancurkan dinasti kuru. dia ingin mengubah tradisi hastinaputra dengan tradisi Gandara. Pada akhirnya semua pangeran dan punggawa kerajaan berkumpul di ruangan tengah untuk mendengarkan keputusan raja Destrarastra. Namu sebelum itu perdanana mentri widura mengatakan sesuatan kepada raja, bahwasannya bila yang muila bisma merestui pangeran mahkota, maka penobatan sang pangeran akan lengkap. Tapi hanya bila yang mulia mengijinkannya. 

Dan yang mulia raja pun mengatakan tentu saja, paman harus memberikan restunya. Disini kita diperlihatkan raja sangkuni dan duryudana berbincang bincang dengan nada yang curiga. Dan sangkuni pun berkata “mendengarkan seorang musuh, bukan hanya mendengar orang yang mendengarkanya menyesal, tapi juga orang orang yang tidak mendengarkannya” dan bisma pun berdiri.