sebelum kita
mebahas kematian bisma yang agung, perlu kita mengetahui bagaimana kisah hidup
bisma menurut versi aslinya.
Menurut kitab Adiparwa, Bisma merupakan reinkarnasi dari salah satu Delapan Wasu yang
bernama Prabasa. Karena Prabasa dan para Wasu lainnya berusaha mencuri sapi
milik Resi Wasista, maka mereka dikutuk agar terlahir sebagai anak manusia.
Dalam perjalanan menuju Bumi, mereka bertemu dengan Dewi Gangga yang juga dikutuk untuk turun ke dunia sebagai
istri putra Raja Pratipa, yaitu Santanu. Kemudian, Para Wasu membuat kesepakatan dengan sang
dewi bahwa mereka akan menjelma sebagai delapan putra Prabu Santanu dan
dilahirkan oleh Dewi Gangga.
KISAH BISMA Dalam Adiparwa diceritakan bahwa Prabu Santanu menikah
dengan Dewi Gangga, setelah menyetujui
syarat bahwa sang prabu tidak akan melarang istrinya apabila melakukan sesuatu
yang mengejutkannya. Tak lama setelah menikah, sang dewi melahirkan, tetapi ia
segera menenggelamkan anaknya ke sungai Gangga. Sesuai perjanjian, Santanu tidak melarang perbuatan
tersebut. Setelah tujuh kali melakukan perbuatan yang sama, anak kedelapan
berhasil selamat karena tindakan Dewi Gangga dicegah oleh Santanu yang
kesabarannya telah habis. Setelah didesak, Dewi Gangga pun menjelaskan bahwa
anak-anak yang dilahirkannya adalah reinkarnasi Delapan Wasu yang dikutuk
karena berusaha mencuri sapi milik Resi Wasista. Untuk meringankan penderitaan yang harus mereka
tanggung di dunia manusia, sang dewi hanya membiarkan mereka hidup sementara.
Namun, anak yang kedelapan—yang kemudian diberi nama Dewabrata—merupakan Wasu
yang paling bertanggung jawab atas usaha pencurian sapi tersebut. Maka dari
itu, sang dewi pun membiarkannya hidup lebih lama dibandingkan Wasu lainnya.
Pada akhirnya, Dewi Gangga pun meninggalkan Santanu dengan membawa anak
kedelapan tersebut karena Santanu telah melanggar janjinya.
Dalam Adiparwa diceritakan bahwa 36 tahun setelah kepergian Dewi
Gangga, Santanu menemukan putranya secara tidak sengaja di
hilir sungai Gangga. Kemudian, Dewi
Gangga muncul untuk menyerahkan hak asuh anak
tersebut kepada sang prabu, dan memberi tahu namanya adalah
"Dewabrata". Singkat cerita, Dewabrata dicalonkan sebagai pangeran
mahkota yang nanitinya akan menjadi pewaris takhta Hastinapura.
KISAH BISMA Beberapa tahun kemudian, Santanu jatuh cinta kepada putri
nelayan bernama Satyawati. Satyawati bersedia menyerahkan dirinya dengan syarat
bahwa keturunan Satywati diberikan hak atas takhta Hastinapura. Santanu tidak
bisa menyanggupi syarat tersebut karena telanjur mencalonkan Bisma sebagai
penerus takhta. Dengan berat hati, Santanu kembali ke kerajaannya. Tak lama
kemudian, ia jatuh sakit karena kegagalannya untuk menikahi Satyawati.
Dewabrata mencari informasi dari kusir pribadi sang prabu, dan menemukan sumber
penyakit ayahnya. Ia segera berangkat menuju kediaman Satyawati.
Di hadapan ayah Satyawati, Dewabrata bersumpah untuk tidak mewarisi takhta
Hatsinapura, dan menyerahkan hak tersebut kepada keturunan Satyawati. Meskipun
demikian, ayah Satyawati masih meragukan pengorbanannya, sebab pertikaian untuk
memperebutkan takhta mungkin saja terjadi antara keturunan Bisma dengan
keturunan Satyawati. Demi meyakinkan bahwa hal itu tidak akan terjadi, maka
Dewabrata juga bersumpah untuk tidak menikah seumur hidup agar tidak memiliki
keturunan demi menghindari perebutkan takhta kerajaan. Akhirnya, Satywati pun
diserahkan untuk menjadi istri Santanu. Karena pengorbanannya, Dewabrata diberi
nama Bisma oleh ayahnya, dan dianugerahi agar mampu bersahabat dengan Sang Dewa
Waktu sehingga ia bisa menentukan waktu kematiannya sendiri. KISAH BISMA
Bisma memiliki dua adik dari ibu tirinya, yang bernama Citrānggada dan Wicitrawirya. Bisma mendidik dan melindungi mereka sebagai
penerus Dinasti Kuru di Hastinapura. Sayangnya, Citranggada gugur dalam suatu pertempuran,
sehingga Wicitrawirya dinobatkan sebagai pewaris takhta. Demi kebahagiaan
adiknya, ia pergi ke Kerajaan Kasi dan
memenangkan sayembara sehingga berhasil membawa pulang tiga orang putri
bernama Amba, Ambika, dan Ambalika
untuk dinikahkan dengan Wicitrawirya.
Namun, Amba menolak menikah dengan pangeran dari hastina pura, amba akan
menikah dan itu hanya dengan bisma karrena bisma telah memenangkan sayembara
yang dilaksanakan oleh kerajaan kasi.
Saat perang antara Pandawa dan Korawa meletus,
Bisma berada di pihak Korawa. Sesaat sebelum pertempuran, ia berkata
kepada Yudistira bahwa dirinya
telah diperbudak oleh kekayaan, dan dengan kekayaannya Korawa mengikat Bisma.
Meskipun demikian, karena Yudistira telah melakukan penghormatan sebelum
pertempuran, maka Bisma merestui Yudistira dan berdoa agar kemenangan berada di
pihak Pandawa, meskipun Bisma sangat sulit untuk ditaklukkan. Bisma juga pernah
berkata kepada Duryodana, bahwa meski
dirinya (Bisma) memihak Korawa, kemenangan sudah pasti berada di pihak Pandawa
karena Kresna berada di sana, dan
dimanapun ada Kresna maka di sanalah terdapat kebenaran serta keberuntungan dan
dimanapun ada Arjuna, di sanalah
terdapat kejayaan.
KISAH BISMA Dalam pertempuran akbar di dataran keramat Kurukshetra,
Bisma bertarung dengan dahsyat. Prajurit dan ksatria yang melawannya pasti
binasa atau mengalami luka berat. Dalam kitab Bismaparwa dikatakan bahwa di dunia ini para ksatria sulit
menandingi kekuatannya dan tidak ada yang mampu melawannya selain Arjuna dan Kresna.
Meskipun Arjuna mendapatkan kesempatan untuk melawan Bisma, tetapi ia sering
bertarung dengan setengah hati, mengingat bahwa Bisma adalah kakek kandungnya
sendiri. Hal yang sama juga dirasakan oleh Bisma, yang masih sayang dengan
Arjuna, cucu yang sangat dicintainya.
jadi sebenarnya yang mampu mengalahkan bhisma adalah krisna dan
arjuna, mengapa, krisna merupakan awatara dari dewa wisnu sendiri nah dewa
wisnu merupakan salah satu dari 3 dewa utama tri murti (menurut ajaran agama
hindu) namun krisna dalam perang bharata yuda tidak menggunakan senjatanya ia
hanya menjadi kusir kreta arjuna saja. lalu arjuna sebernarnya mampu untuk
mengalahkan bhisma seorang diri, karena arjuna memiliki kemampuan yang luar
biasa ia memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang hebat dalam hal bertarung,
arjuna memiliki busur gandiwa berserta tempat anak panahnya yang tidak pernah habis
pemberian dari dewa agni sendiri, (ya kita bayangkan saja arjuna yang memiliki
tempat anak panah yang tiidak pernah habis, ketika anak panah arjuna mau habis
maka dengan sendirinya tempat anakk panah tersebut akan terisi kembali, habis
lagi terisi kembali2x, maka arjuna ketika melawan bisma bisa melesatkan ratusan
bahkan ribuan anak panah saat itu) arjuna memiliki brahmastra sebuah senjata
dari dewa brahma sendiri, arjuna juga memiliki senjata pasupatastra sebuah
senjata dari anugrah dewa siwa, disamping itu krisna berada di kerata arjuna
yang nantinya akan membantunya memberikan saran ketika berperang, diatas kereta
arjuna ada bendera hanuman yang menjadikan kreta arjuna menjadi sangat kuat,
kokoh dan sulit untuk dihancurkan. tapi arjuna ketika berhadapan dengan bhisma
selalu bertarung dan mengeluarkan kemampuanya setengah, itu disebabkan karena
arjuna sangat mencintai dan menghormati kakenya sendiri. itulah yang
menyebabkan arjuna enggan untuk membunuh bisma. sebenarnya menurut admin ada
satu tokoh lagi yang bisa mengalahkan bhisma yaitu karna. mengapa ? karna dan
bisma belajar dengan guru yang sama yaitu begawan parasurama, karna memiliki
baju besi sejak lahir yang merupakan bagian dari dewa surya sendiri, memiliki
busur wijaya pemberian gurunya sendiri yang merupakan busur kemenangan, karna
memiliki senjata brhmastra dan juga memiliki senjata dewa bernama indrastra.
namun karna tidak akan pernah bisa bertarung melawan bhisma karena mereka
berada dalam pihak yang sama. (jika teman2 memiliki pendapat lain tentang
penjelasan diatas dan tentang yang bisa mengalahkan bhisma bisa ditulis
pendapatnya dikolom komentar)
Kresna yang menjadi kusir kereta Arjuna dalam peperangan,
menjadi marah dengan sikap Arjuna yang masih segan untuk menghabisi nyawa
Bisma, dan ia nekat untuk menghabisi nyawa Bisma dengan tangannya sendiri.
Dengan sorot maya yang tajam yang memancarkan kemarahan, ia memutar-mutar Chakra di atas tangannya dan memusatkan perhatian untuk
membidik leher Bisma. Bisma tidak menghindar, dan justru bahagia jika gugur di
tangan Kresna. Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berusaha
menghentikannya. Kresna mengurungkan niatnya dan naik kembali ke atas kereta. KISAH BISMA
Sebelum hari kematiannya, Pandawa dan Kresna mendatangi kemah
Bisma di malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma mengetahui bahwa
Pandawa dan Kresna telah masuk ke dalam kemahnya dan ia menyambut mereka dengan
ramah. Ketika Yudistira menanyakan apa yang bisa diperbuat untuk menaklukkan
Bisma yang sangat mereka hormati, Bisma menjawab:
“ ...ketahuilah
pantanganku ini, bahwa aku tidak akan menyerang seseorang yang telah membuang
senjata, juga yang terjatuh dari keretanya. Aku juga tidak akan menyerang
mereka yang senjatanya terlepas dari tangan, tidak akan menyerang orang yang
bendera lambang kebesarannya hancur, orang yang melarikan diri, orang dalam
keadaan ketakutan, orang yang takluk dan mengatakan bahwa ia menyerah, dan aku
pun tidak akan menyerang seorang wanita, juga seseorang yang namanya seperti
wanita, orang yang lemah dan tak mampu menjaga diri, orang yang hanya memiliki
seorang anak lelaki, ataupun orang yang sedang mabuk. Dengan itu semua aku
enggan bertarung... ”
KISAH BISMA Bisma
juga mengatakan apabila pihak Pandawa ingin mengalahkannya, mereka harus
menempatkan seseorang yang membuat Bisma enggan untuk bertarung di depan kereta
Arjuna, karena ia yakin hanya Arjuna dan Kresna yang mampu mengalahkannya dalam
peperangan. Dengan bersembunyi di belakang orang yang membuat Bisma enggan
berperang, Arjuna harus mampu melumpuhkan Bisma dengan panah-panahnya.
Berpedoman kepada pernyataan tersebut, Kresna menyadarkan Arjuna akan
kewajibannya. Meski Arjuna masih segan, tetapi ia menuntaskan tugas tersebut.
Pada hari kesepuluh, Srikandi menyerang Bisma, tetapi Bisma tidak melawan. Di
belakang Srikandi, Arjuna menembakkan panah-panahnya yang dahsyat dan
melumpuhkan Bisma. Panah-panah tersebut menancap dan menembus baju zirahnya,
kemudian Bisma terjatuh dari keretanya, tetapi badannya tidak menyentuh tanah
karena ditopang oleh puluhan panah yang menancap di tubuhnya. Namun Bisma tidak
gugur seketika karena ia boleh menentukan waktu kematiannya sendiri. Bisma
menghembuskan napasnya setelah ia menyaksikan kehancuran pasukan Korawa dan
setelah ia memberikan wejangan suci kepada Yudistira setelah perang
Bharatayuddha selesai.